Cherreads

Chapter 31 - Invasi Pembawa Luka

Ketenangan relatif di Republik Argaterra tidak berlangsung lama. Setelah pertemuan dengan Intestarii dan pemahaman mereka tentang "Pembawa Luka" (cacing pita), hanya masalah waktu sebelum ancaman itu bermanifestasi. Pagi itu, "Suara dari Langit" yang dipancarkan Arga Sang Pencipta terasa berbeda—bukan lagi denyutan rutin atau bisikan penderitaan, melainkan getaran panjang, berulang, dan bergeser yang aneh.

Di Benteng Denyut, Lira, kepala Jaringan Informasi, menerima laporan yang mengkhawatirkan dari Neuronites Pembaca Impuls di sepanjang arteri. "Ada getaran besar yang bergerak cepat dari arah Lambung," lapor seorang Neuronite muda, suaranya dipenuhi ketakutan. "Sinyalnya masif, bukan Makrofag. Ini... seperti yang dijelaskan Intestarii."

Lira merasakan dingin menjalar di tubuhnya. "Pembawa Luka," bisiknya. Ia segera mengirimkan peringatan ke seluruh Republik.

Di Lembah Vena, Kael dan Dewan Mikro segera mengadakan pertemuan darurat. Mereka telah mendengar laporan tentang cacing pita dari Intestarii, tetapi membayangkan monster itu dalam skala realitas mereka adalah hal yang berbeda. Lira memproyeksikan visualisasi kasar dari sinyal getaran yang datang—sebuah entitas berbentuk silinder raksasa, jauh lebih besar dari Makrofag mana pun, bergerak perlahan namun tak terhentikan, mengikis apa pun di jalurnya.

"Ini adalah uji coba sesungguhnya bagi Republik kita," Kael menyatakan, suaranya tenang namun tegas. "Kita tidak bisa lari. Kita harus bertempur."

Elara, sang ilmuwan, dengan cepat menjelaskan ancaman tersebut. "Cacing pita adalah organisme yang jauh lebih besar. Mereka mengkonsumsi Pati Energi dan sel-sel Argaterra dalam skala masif. Tubuh mereka sangat tebal, dan mereka tidak memiliki kelemahan yang jelas seperti Makrofag."

Joric, sang Pembangun, sudah mulai memikirkan pertahanan. "Benteng Denyut mungkin bisa menahan pukulan pertama, tapi kita butuh lebih. Kita harus mempersiapkan seluruh Lembah Vena."

Rilith, sang Nabi, memimpin doa massal di Altar Pemberkatan, memohon kekuatan dan perlindungan dari Arga Sang Pencipta. Ketakutan menyebar, tetapi juga tekad untuk bersatu.

"Pembawa Luka" mendekat dengan kecepatan yang menakutkan. Gelombang tekanan dari pergerakannya mulai terasa di Lembah Vena. Seluruh Argaterra seolah berguncang. Bayangan raksasa itu akhirnya terlihat di kejauhan, melalui dinding arteri. Itu adalah tubuh memanjang yang berwarna putih pucat, dengan segmen-segmen berulang, dan sebuah "kepala" dengan kait-kait pengisap yang mengerikan. Setiap gerakannya menguras Pati Energi dari lingkungan, meninggalkan jejak kekosongan.

Kael memerintahkan mobilisasi penuh. Ini adalah pertempuran besar pertama Republik Argaterra.

* Garis Pertahanan Pertama (Benteng Denyut): Tim di bawah Joric memperkuat Benteng Denyut dengan cepat, memasang "Ranjau Perekat"—gumpalan besar Perekat Ultra-Cengkeram yang bisa mengikat Pembawa Luka, setidaknya untuk sesaat. Puluhan Pulmolites Pejuang, yang dipimpin oleh Titus, disiagakan di dinding benteng.

* Mobilisasi Ilmu Kimia Mikro: Elara dan timnya bekerja tanpa henti untuk menciptakan konsentrat "Penghambat Kegelapan" yang paling kuat, berharap ini bisa memiliki efek melemahkan pada Pembawa Luka, atau setidaknya membuat mereka kurang aktif.

* Jalur Evakuasi: Pulmolites non-pejuang dan sumber daya penting mulai dievakuasi ke area yang lebih dalam di Lembah Vena, menggunakan jalur rahasia yang telah dipetakan Lira.

Pertempuran dimulai saat Pembawa Luka tiba di Benteng Denyut. Monster itu tidak mencoba melewati; ia mencoba menghancurkan. Kait-kait pengisap di kepalanya mencengkeram dinding benteng, dan tubuhnya yang raksasa mulai mengikis Pati Energi dari sekitar struktur. Ranjau Perekat meledak, menempel pada tubuh Pembawa Luka, memperlambatnya sesaat, tetapi monster itu terlalu besar.

Para Pejuang Pulmolites, yang dipimpin Titus, meluncurkan serangan berani. Mereka menyemprotkan Penghambat Kegelapan konsentrat pada tubuh cacing, berharap dapat menyebabkan iritasi atau disorientasi. Namun, efeknya minimal pada monster sebesar itu. Banyak Pejuang yang harus mundur dengan cepat untuk menghindari hantaman dari tubuh raksasa itu.

Di tengah kekacauan, Garon dari Hepatari mengirimkan bantuan krusial. Mereka telah mengirimkan kargo besar "Materi Penghancur Asam"—cairan yang diproduksi oleh Hepatari untuk memecah materi padat. Ini bukan untuk membunuh cacing, melainkan untuk melarutkan Pati Energi yang diambil cacing, mengurangi efektivitas serangannya.

Sementara itu, Neural, yang merasakan penderitaan Arga yang semakin intens, berteriak, "Ia akan mencoba masuk ke jalur utama! Kita harus mengalihkan perhatiannya!"

Mendengar itu, Lira mengambil keputusan berani. Dengan beberapa kapal tercepatnya, ia dan timnya meluncur jauh ke depan Pembawa Luka, menuju jalur arteri sekunder. Mereka melepaskan "Suar Penarik" – perangkat yang dirancang Elara untuk mengeluarkan getaran Pati Energi yang kuat, menarik perhatian cacing pita.

Rencana itu berhasil. Pembawa Luka, rakus akan Pati Energi, mengubah arahnya, tertarik oleh suar yang menyala terang. Monster itu kini bergerak menuju jalur sekunder, menjauhi jalur utama ke jantung dan Lembah Vena.

Namun, pengalihan ini memiliki harga. Beberapa kapal Lira terlalu dekat dengan Pembawa Luka, terseret oleh kekuatan hisapnya, dan tidak pernah terlihat lagi. Lira sendiri nyaris lolos, diselamatkan oleh Titus yang nekat.

Pertempuran berlanjut selama beberapa siklus pencernaan Arga, dengan Pembawa Luka yang berkeliaran di jalur sekunder, menguras Pati Energi dan merusak dinding-dinding pembuluh. Republik terus meluncurkan Penghambat Kegelapan dan Materai Penghancur Asam, memperlambat monster itu. Akhirnya, setelah menguras banyak Pati Energi dan menyebabkan kerusakan yang signifikan, Pembawa Luka itu perlahan bergerak menjauh, masuk ke dalam sistem yang lebih dalam, mungkin telah kenyang atau tertarik oleh sinyal lain dari Arga.

Republik Argaterra selamat dari invasi pertama "Pembawa Luka". Mereka telah menderita kerugian besar—banyak Pati Energi yang terkuras, beberapa struktur rusak, dan beberapa prajurit yang gagah berani hilang. Namun, mereka tidak hancur. Mereka telah bertempur sebagai satu kesatuan, menguji setiap aspek peradaban mereka: kepemimpinan Kael, ilmu pengetahuan Elara, keberanian Lira dan Titus, dukungan Hepatari, dan wawasan Neural.

Kemenangan ini adalah sebuah pernyataan. Republik Argaterra bukan lagi hanya sekumpulan koloni; mereka adalah sebuah kekuatan yang bersatu, mampu menghadapi ancaman terbesar di dalam tubuh Arga Sang Pencipta. Pertempuran ini mengukir dalam-dalam rasa persatuan dan pengorbanan di hati setiap warga Republik, mempersiapkan mereka untuk masa depan yang tidak pasti namun penuh tantangan.

More Chapters