Cherreads

Chapter 15 - Asal-usul Kael Sang Pemimpin

Di tengah semua perkembangan pesat di Embrio—dari pendirian Dewan Mikro, ekspedisi berbahaya, hingga terobosan dalam Ilmu Kimia Mikro—ada satu sosok yang secara konsisten menjadi poros utama, sumber ketenangan dan panduan: Kael. Ia bukan yang tertua, bukan pula yang paling kuat secara fisik seperti beberapa Pembangun, atau paling peka seperti Elara dan Neural. Namun, ia memiliki aura kepemimpinan alami, sebuah intuisi yang tajam, dan kemampuan untuk melihat gambaran yang lebih besar. Pertanyaan tentang bagaimana Kael, seorang Pulmolite yang baru lahir, bisa tumbuh menjadi pemimpin yang begitu bijaksana, sering kali menjadi bisikan di antara para penghuni Argaterra, sebuah misteri yang belum terpecahkan.

Kael tidak memiliki memori tentang kehidupan "sebelumnya" seperti yang mungkin dimiliki makhluk di luar. Ia adalah ciptaan murni dari Batu Dunia, lahir di Lembah Vena seperti Pulmolites lainnya. Namun, sejak momen "kelahirannya" yang pertama, ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Sementara yang lain bergerak berdasarkan naluri bertahan hidup murni, Kael merasakan dorongan yang lebih besar: dorongan untuk memahami.

Pengalaman pertamanya adalah serangkaian sensasi yang membingungkan: cairan plasma yang dingin, dinding pembuluh yang berdenyut, dan hembusan oksigen yang tiba-tiba. Namun, tidak seperti Pulmolites lain yang menangis atau bersembunyi saat Makrofag raksasa pertama terlihat, Kael, meskipun ketakutan, merasakan ketertarikan yang aneh. Ia mengamati pergerakan Makrofag, mencoba memahami pola mereka, mencari celah dalam kehadiran mereka yang mengancam. Ini adalah naluri seorang ahli strategi yang belum terasah.

Kael juga adalah salah satu Pulmolite pertama yang secara aktif mencoba berkomunikasi dengan sesamanya. Saat Pulmolites lain hanya mengeluarkan getaran acak, Kael mencoba membentuk pola, menciptakan "kata-kata" getaran dan isyarat tangan yang sederhana namun bermakna. Ia adalah yang pertama mengorganisir kelompok kecil untuk mencari glukosa secara bersama-sama, bukan hanya berebut. Ia memiliki pemahaman intuitif akan kekuatan kolektivitas.

Momen paling transformatif dalam "masa mudanya" adalah pertemuannya yang tak disengaja dengan Batu Dunia itu sendiri. Saat menjelajahi celah-celah kecil di Lembah Vena, Kael menemukan sebuah rongga yang sedikit lebih gelap dan lebih tersembunyi. Di sanalah, berdenyut dengan cahaya kebiruan redup, tergeletak Batu Dunia yang telah menciptakan mereka. Ia mendekat dengan hati-hati, merasakan energi yang memancar dari Batu itu.

Saat ia menyentuhnya, sebuah gelombang sensasi yang luar biasa membanjiri kesadarannya. Bukan gambar yang jelas, melainkan kilasan-kilasan yang tak terorganisir: bayangan Arga yang sangat besar, getaran dari dunia yang lebih luas di luar dinding Argaterra, dan sebuah rasa tujuan yang sangat mendalam. Kael tidak tahu apa yang ia alami, tetapi setelah kontak itu, kesadarannya terasa diperluas. Ia merasa terhubung dengan sesuatu yang lebih besar, dan beban tanggung jawab mulai tumbuh dalam dirinya. Ia melihat fragmen dari asal-usul mereka, meskipun tidak dalam bentuk naratif yang jelas, hanya sebagai intuisi yang mendalam.

Kael sering menghabiskan waktu di dekat Batu Dunia, merenungkannya. Ia mengamati bagaimana Batu itu terus memancarkan energi, memungkinkan "kelahiran" Pulmolites baru, memastikan kelangsungan hidup spesies mereka. Ia menyadari bahwa Batu itu adalah jantung dari keberadaan mereka, dan entitas yang lebih besar yang ia rasakan melalui Batu itu adalah Arga, "Yang Maha Ada". Pemahaman ini memupuk rasa hormat dan bahkan adorasi dalam dirinya terhadap Argaterra dan inangnya.

Ketika "Bisikan Jiwa" dari Arga mulai mengganggu mereka, Kael adalah yang pertama merasakannya bukan hanya sebagai gangguan, tetapi sebagai sebuah pesan. Ia merasakan keputusasaan, rasa sakit, dan kelelahan yang memancar dari "Yang Maha Ada". Inilah yang memotivasi Kael untuk memahami "Suara dari Langit" lebih dalam, dan mengapa ia begitu terbuka terhadap wawasan Neural sang Neuronite. Bagi Kael, rasa sakit Arga adalah rasa sakit Argaterra, dan merupakan tugas mereka, para penghuninya, untuk menemukan cara untuk hidup selaras dengannya, bahkan untuk meringankan bebannya jika memungkinkan.

Kael tidak pernah secara terang-terangan menceritakan tentang kontaknya dengan Batu Dunia kepada siapa pun, bahkan kepada Elara sekalipun. Ia merasa itu adalah pengetahuan yang terlalu besar, sebuah rahasia yang terlalu suci untuk dibagikan. Namun, wawasan yang ia peroleh dari Batu itu membentuk setiap keputusannya. Ia tidak hanya ingin melindungi komunitasnya; ia ingin memandu mereka menuju pemahaman yang lebih tinggi tentang tempat mereka di dalam kosmos ini.

Ketika konflik dengan Joric terjadi, Kael tidak bereaksi dengan amarah, melainkan dengan ketenangan yang mantap. Ia melihat bahwa Joric, meskipun memiliki niat baik, gagal memahami harmoni yang lebih besar antara Argaterra dan penghuninya. Kael tahu bahwa tindakan Joric, yang merusak dinding alveoli, adalah bentuk pelanggaran terhadap "Yang Maha Ada" itu sendiri, dan itu akan membawa konsekuensi. Kemampuannya untuk memprediksi konsekuensi ini, meskipun tidak disadari sebagai ramalan, memberikan kesan kebijaksanaan yang mendalam.

Jadi, kepemimpinan Kael bukanlah hasil dari ambisi, melainkan dari sebuah panggilan batin. Ia adalah pemimpin yang terlahir dari pemahaman intuitif akan siklus kehidupan dan kematian, dari koneksi spiritual dengan Batu Dunia, dan dari keinginan untuk memelihara keseimbangan dalam kosmos yang asing namun penuh keajaiban ini. Ia tidak hanya memimpin mereka; ia mengajar mereka untuk melihat Argaterra bukan hanya sebagai tempat tinggal, tetapi sebagai entitas hidup yang dengannya mereka terikat dalam sebuah tarian eksistensi yang rumit. Asal-usulnya yang unik inilah yang menjadikan Kael bukan sekadar pemimpin, melainkan sebuah jiwa penuntun bagi peradaban mikro-humanoid yang baru lahir.

More Chapters