Cherreads

Chapter 12 - Penemuan Mikroflora Asing

Ekspedisi Titus ke Lambung telah kembali ke Embrio, membawa bukan hanya Kristal Lemak dan materi olahan dari Hepatari, tetapi juga kisah-kisah yang mengubah pandangan Pulmolites tentang Argaterra. Penemuan Intestarii di kedalaman Kawah Asam adalah sebuah wahyu besar. Dunia yang mereka tinggali jauh lebih kompleks, dihuni oleh beragam peradaban yang beradaptasi dengan cara yang menakjubkan. Namun, ada satu penemuan lain, yang dibawa kembali oleh Lira, yang awalnya dianggap sepele namun kelak akan mengubah segalanya: sebuah sampel dari apa yang mereka sebut "Benang Hijau".

Benang Hijau itu ditemukan Lira menempel pada salah satu dinding di tepi Lambung, di area yang sedikit kurang korosif. Bentuknya menyerupai filamen mikroskopis, berwarna kehijauan samar, dan tampak hidup. Ia tidak bergerak seperti makhluk, namun berdenyut-denyut lembut, seolah menyerap energi langsung dari lingkungan sekitarnya. Lira, didorong oleh rasa ingin tahu ilmuwan sejati, membawa kembali sepotong kecil Benang Hijau itu ke Embrio untuk diperiksa lebih lanjut.

Di bawah pengawasan Elara dan dengan bantuan Neural, mereka memulai studi pertama mereka tentang Benang Hijau. Para Pulmolites tidak memiliki mikroskop canggih, tetapi mata mereka yang terlatih dan kepekaan sentuhan mereka bisa mendeteksi struktur-struktur mikroskopis. Neural, dengan kemampuan Neuronite-nya untuk merasakan impuls energi dan komposisi kimiawi, adalah aset tak ternilai.

"Makhluk ini aneh," Neural melaporkan setelah beberapa siklus detak jantung Arga pengamatan. "Tidak ada denyut kesadaran seperti kita. Ia tidak memiliki 'Grand Impulse' yang terpusat. Tapi ia hidup, dan ia berkembang biak dengan sangat cepat."

Benang Hijau itu memang tumbuh subur di dalam wadah kecil yang mereka siapkan, wadah yang terbuat dari membran sel mati dan diisi dengan plasma kaya nutrisi. Dalam waktu singkat, satu benang kecil berubah menjadi kumpulan massa kehijauan yang terus membesar. Ini adalah jenis kehidupan yang sama sekali baru bagi mereka—Mikroflora Asing, atau yang kemudian mereka sebut "Moss Hijau".

Yang lebih mengejutkan adalah interaksi Moss Hijau dengan nutrisi. Mereka mengamati bahwa di sekitar Moss Hijau, partikel-partikel glukosa dan bahkan beberapa jenis protein kecil diserap dengan kecepatan yang mengkhawatirkan. Moss Hijau tampaknya sangat efisien dalam mengambil energi dari lingkungan.

"Ini adalah pemakan sumber daya yang rakus," Kael menyimpulkan dengan cemas. "Jika ini menyebar ke Lembah Vena, Gudang Pusat kita bisa kosong!"

Ketakutan akan kelangkaan sumber daya langsung memicu perdebatan di Dewan Mikro. Beberapa anggota mengusulkan untuk segera membuang atau menghancurkan Moss Hijau itu. "Ini adalah ancaman bagi keberlangsungan kita!" seru seorang Penjaga Gudang. "Kita sudah memiliki cukup Makrofag untuk dihadapi!"

Namun, Elara dan Neural mengambil pendekatan yang lebih hati-hati. "Kita harus memahami dulu bagaimana ia bekerja," kata Elara. "Mungkin ada cara untuk mengendalikannya, atau bahkan memanfaatkannya."

Neural menambahkan, "Setiap kehidupan di Argaterra adalah bagian dari 'Yang Maha Ada'. Moss Hijau ini mungkin memiliki peran yang belum kita pahami."

Dewan setuju untuk melanjutkan studi, tetapi dengan sangat hati-hati dan di area yang terisolasi. Mereka membagi sampel Moss Hijau menjadi beberapa bagian dan mengujinya dengan berbagai kondisi. Mereka mencoba memberikannya jenis nutrisi yang berbeda, memaparkannya pada arus yang lebih kuat, dan bahkan mencoba "menyerangnya" dengan beberapa sekresi pertahanan yang diproduksi secara alami oleh Pulmolites.

Dalam eksperimen ini, Lira menemukan sesuatu yang menarik. Ketika Moss Hijau terpapar pada konsentrasi oksigen yang sangat tinggi—mirip dengan yang mereka alami saat Arga menghirup napas dalam—pertumbuhannya sedikit melambat, dan bahkan tampak sedikit rapuh. Sebaliknya, di lingkungan dengan sedikit oksigen tetapi banyak sisa-sisa organik, ia tumbuh jauh lebih cepat.

Penemuan ini menjadi kunci. Moss Hijau, yang sebenarnya adalah koloni bakteri oportunistik yang hidup di area usus dan lambung, berkembang biak paling baik di lingkungan dengan nutrisi melimpah dan sedikit oksigen bebas, sebuah kondisi yang berbeda dengan paru-paru tempat Pulmolites tinggal. Ini menjelaskan mengapa mereka belum pernah menemukannya di Lembah Vena.

Namun, potensi bahaya tetap ada. Jika populasi Moss Hijau di Lambung tumbuh terlalu besar, ia bisa mulai bersaing serius dengan Intestarii untuk nutrisi. Dan jika somehow ia menemukan jalannya ke area kaya oksigen seperti paru-paru, ia bisa menjadi ancaman yang berbeda.

Dalam salah satu kunjungan berikutnya ke Embrio, Garon, pemimpin Klan Pengolah Hepatari, juga turut mengamati Moss Hijau. Matanya yang tajam dan tubuhnya yang kokoh menunjukkan pengalaman bertahun-tahun dalam berhadapan dengan zat asing. "Ini mirip dengan beberapa organisme yang kami temukan di Cekungan Hati," katanya. "Kami menyebutnya 'Parasit Hutan'. Mereka rakus, tapi bisa dikendalikan. Kami menggunakan enzim tertentu yang kami hasilkan untuk membatasi pertumbuhannya."

Kata-kata Garon memberikan secercah harapan. Ini adalah bukti pertama bahwa ada metode yang bisa digunakan untuk mengendalikan ancaman Mikroflora Asing. Kolaborasi antar-ras menjadi semakin penting. Dewan Mikro memutuskan untuk mengirim delegasi lagi ke Klan Pengolah Hepatari, kali ini secara khusus untuk mempelajari tentang "enzim pengendali" dan bagaimana mereka bisa menggunakannya untuk melindungi Embrio jika Moss Hijau ini menyebar.

Penemuan Moss Hijau, atau Mikroflora Asing, telah mengubah dinamika Argaterra secara fundamental. Ia memperkenalkan konsep "ancaman biologis" yang bukan hanya predator seperti Makrofag, tetapi juga entitas yang bersaing untuk sumber daya di level yang lebih mendasar. Ini juga memperkuat ide bahwa setiap bagian dari Argaterra memiliki ekosistemnya sendiri, dengan tantangan dan solusi uniknya. Dan yang terpenting, ini menegaskan bahwa untuk menghadapi ancaman yang kompleks, kolaborasi antar-ras adalah kunci. Argaterra bukanlah sekadar rumah, melainkan sebuah medan perang ekologis yang rumit, yang menuntut pemahaman mendalam dan kerja sama yang erat dari semua penghuninya.

More Chapters