Cherreads

Chapter 11 - Penjelajah ke Lambung

Konflik Paru-paru telah mereda, meninggalkan pelajaran berharga tentang keseimbangan dan otoritas Dewan Mikro. Lembah Vena kembali menemukan ketenangan relatifnya, namun rasa ingin tahu dan dorongan untuk memahami Argaterra yang lebih luas tak pernah padam. Terutama setelah insiden Joric, Kael dan Dewan menyadari pentingnya mengendalikan narasi eksplorasi. Jika Pulmolites ingin menjelajah, itu harus dilakukan dengan tujuan, persiapan, dan di bawah pengawasan Dewan.

Perbincangan tentang wilayah-wilayah yang belum terpetakan sering menjadi topik hangat di Aula Refleksi. Kisah-kisah Lira tentang Hepatari di Cekungan Hati telah membuka mata mereka, tetapi ada rumor tentang daerah yang lebih jauh, lebih gelap, dan lebih berbahaya—wilayah yang disebut "Kawah Asam" atau "Lubang Pencernaan". Ini adalah tempat di mana aliran nutrisi sangat melimpah, tetapi juga dipenuhi zat-zat yang sangat korosif dan berbahaya. Beberapa Penjelajah awal yang terlalu ambisius yang mencoba pergi ke sana tidak pernah kembali, dan nama "Lambung" atau "Perut" terucap dengan bisikan ketakutan.

Namun, kebutuhan akan sumber daya baru dan keinginan untuk memahami Argaterra secara keseluruhan mendorong Kael untuk mengusulkan ekspedisi ke Lambung. "Jika kita ingin memahami Yang Maha Ada, kita harus memahami seluruh diri-Nya," kata Kael dalam salah satu pertemuan Dewan. "Lambung adalah pusat pencernaan, sumber utama energi Argaterra. Pengetahuan di sana akan sangat berharga."

Elara menyatakan kekhawatirannya. "Risikonya terlalu besar, Ketua Kael. Cairan di sana dapat melarutkan tubuh kita. Makrofag bahkan tidak berani berlama-lama di sana."

"Tetapi jika kita bisa menguasai lingkungannya," bantah Lira, dengan mata berbinar-binar penuh petualangan, "kita akan memiliki akses ke Cahaya Kehidupan yang tak terhingga! Dan mungkin ada ras lain yang telah beradaptasi di sana."

Dewan berdebat sengit selama beberapa siklus pernapasan Arga. Akhirnya, dengan dukungan kuat dari Lira dan Neuronite Neural (yang menganggap eksplorasi sebagai pencarian pengetahuan tentang "Yang Maha Ada"), Kael berhasil meyakinkan mayoritas. Sebuah ekspedisi ke Lambung akan dilakukan, tetapi dengan persiapan yang matang dan tim yang paling tangguh.

Pemimpin ekspedisi yang ditunjuk adalah Titus, seorang Pulmolite muda yang dikenal karena ketahanan fisiknya yang luar biasa dan kemampuannya bertahan dalam arus deras. Titus telah belajar dari kesalahan Joric dan memiliki rasa hormat yang mendalam terhadap Hukum Penghormatan pada Argaterra. Ia ditemani oleh Lira sebagai penunjuk jalan dan beberapa Pulmolites tangguh lainnya, yang telah dilatih secara khusus untuk menahan lingkungan ekstrem. Neural juga menawarkan diri untuk bergabung, ingin mengamati "Grand Impulse" di pusat pencernaan. Kehadirannya adalah aset tak ternilai karena kemampuan Neuronite untuk merasakan kondisi kimiawi di sekitar mereka.

Dewan juga bekerja dengan Klan Pengolah Hepatari, meminta bantuan Garon untuk membuat "Perisai Pelindung" primitif. Hepatari, dengan kemampuannya mengolah toksin, berhasil menciptakan lapisan pelindung dari materi yang diolah—semacam membran tebal yang mereka sebut "Kulit Resisten". Ini dilumuri pada tubuh para penjelajah, memberikan perlindungan sementara dari keasaman yang mengerikan di Lambung.

Perjalanan dimulai dari Lembah Vena, menuruni "sungai" pembuluh darah utama. Mereka menunggangi sel darah merah besar sebagai "kapal", atau berpegangan pada gumpalan lipid yang hanyut. Perjalanan itu memakan waktu puluhan ribu detak jantung Arga—setara dengan beberapa hari perjalanan yang melelahkan. Mereka melewati Cekungan Hati, melihat sekilas pemukiman Hepatari yang padat, dan terus melaju ke bawah.

Ketika mereka mendekati Lambung, lingkungannya berubah drastis. Arus darah menjadi lebih cepat, lebih kacau. "Dinding" pembuluh mulai menunjukkan warna yang berbeda—lebih gelap, lebih keruh. Sebuah bau aneh, menusuk, dan korosif mulai menyengat indra mereka, bahkan melalui Kulit Resisten. Ini adalah asam lambung.

"Hati-hati!" peringat Neural, matanya berkedip cepat. "Grand Impulse di sini sangat bergejolak. Ada energi yang sangat destruktif!"

Akhirnya, mereka tiba di batas "Kawah Asam." Pemandangannya mengerikan namun memukau. Aliran cairan asam yang pekat bergemuruh seperti sungai neraka. Dinding Lambung bergelombang secara ritmis, mencerna dan melarutkan apa pun yang masuk. Ada sisa-sisa sel mati yang hancur, dan bahkan beberapa Makrofag yang berukuran sangat besar namun tampak lemas, mencoba membersihkan area tersebut sebelum mereka sendiri larut.

"Ini Lambung," bisik Titus, suaranya dipenuhi campuran ketakutan dan kekaguman. "Ini adalah inti dari kekuatan dan bahaya Argaterra."

Lira dengan hati-hati melepaskan diri dari kapal sel darah merah dan menempel pada dinding Lambung, Kulit Resistennya mengeluarkan uap samar saat berinteraksi dengan asam. "Ini sangat kaya nutrisi!" serunya, menunjuk pada gumpalan-gumpalan makanan yang larut dan molekul-molekul energi yang tak terhitung jumlahnya yang berenang di cairan asam. Bagi Pulmolites, ini adalah sumber daya yang tak terbatas.

Namun, di tengah kengerian itu, mereka menemukan sesuatu yang tak terduga. Di celah-celah terdalam dinding Lambung, di mana keasaman sedikit mereda, mereka menemukan jejak kehidupan. Bukan Pulmolites, bukan Hepatari, melainkan sebuah kelompok makhluk yang lebih pendek, lebih fleksibel, dengan kulit berpola aneh dan kemampuan mengeluarkan aroma. Itu adalah Intestarii, ras yang telah beradaptasi untuk hidup di lingkungan paling ekstrem di Argaterra. Mereka bergerak dengan lincah di antara gelombang asam, seolah keasaman itu adalah medium mereka.

Intestarii itu, yang dipimpin oleh seorang individu bernama Flem, terkejut melihat Pulmolites yang berselimut Kulit Resisten. Mereka curiga, tetapi rasa ingin tahu mereka lebih besar.

"Kalian makhluk apa?" tanya Flem, suaranya terdengar seperti gelembung-gelembung kecil yang pecah. "Beraninya kalian masuk ke kedalaman ini?"

Titus melangkah maju. "Kami Pulmolites, dari Lembah Vena. Kami datang sebagai penjelajah, mencari pemahaman tentang Argaterra dan sumber daya yang ditawarkannya." Ia menawarkan sedikit Cahaya Kehidupan yang dibawanya.

Flem mencicipinya. "Aneh. Tidak seperti yang kami dapatkan di sini."

Neural kemudian menjelaskan kehadiran mereka dan tujuan ekspedisi. Ia berbicara tentang "Yang Maha Ada" dan pentingnya memahami semua bagian dari Argaterra. Meskipun Intestarii lebih pragmatis dan kurang spiritual, mereka terkesan dengan keberanian Pulmolites dan pengetahuan Neural. Mereka menawarkan untuk berbagi pengetahuan tentang bagaimana memanfaatkan energi dari asam dan bagaimana menemukan jalur yang lebih aman di dalam Lambung.

Penemuan Intestarii adalah wahyu besar bagi Titus dan timnya. Mereka tidak sendirian dalam perjuangan mereka untuk bertahan hidup di Argaterra. Ada peradaban lain yang telah menguasai tantangan yang tak terbayangkan. Mereka telah menemukan sumber daya yang melimpah, dan yang paling penting, sebuah jembatan ke ras baru.

Titus dan timnya kembali ke Embrio, membawa sampel nutrisi dari Lambung, dan cerita-cerita tentang kengerian dan keajaiban Kawah Asam, serta tentang Intestarii yang tak terduga. Penjelajahan ini bukan hanya sekadar perjalanan fisik; itu adalah perjalanan kesadaran, yang membuktikan bahwa Argaterra jauh lebih luas, lebih kompleks, dan lebih berpenghuni dari yang mereka bayangkan.

More Chapters