Cherreads

Chapter 8 - Pertama Kalinya Kematian

Kehidupan di Embrio, koloni Pulmolites yang kini makin makmur berkat sistem nutrisi terorganisir dan perdagangan awal dengan Hepatari, terasa seperti sebuah kemajuan tanpa henti. Setiap siklus pernapasan Arga membawa oksigen dan harapan baru, setiap detak jantung adalah pengingat akan ritme kehidupan yang stabil. Struktur-struktur dari serat protein semakin kokoh, Jaring Pengumpul Nutrisi bekerja efisien, dan Gudang Pusat selalu terisi dengan Cahaya Kehidupan dan bahkan beberapa Kristal Lemak yang baru didapat. Ada rasa aman yang baru ditemukan di dalam Lembah Vena.

Namun, di balik semua kemajuan ini, ada sebuah kenyataan yang tak terhindarkan yang telah mereka amati namun belum sepenuhnya mereka pahami: fenomena sel-sel mati yang hanyut, sisa-sisa biologis yang dibersihkan oleh Makrofag. Itu adalah bagian dari siklus Argaterra, tetapi mereka belum pernah menyaksikannya terjadi pada jenis mereka sendiri.

Hingga suatu hari, tragedi itu tiba.

Namanya Kiri, seorang Pulmolite muda yang cekatan dan bersemangat, salah satu anggota tim Pembangun yang paling gigih. Kiri, seperti banyak rekannya, menghabiskan sebagian besar waktunya menempel pada dinding pembuluh, memperkuat struktur dengan perekat plasma. Saat itu, Arga sedang batuk. Bagi mikro-humanoid, batuk adalah "Gempa Hebat" yang dahsyat, gelombang kejut yang merobek seluruh Argaterra. Tanah bergetar hebat, arus udara dan cairan menjadi sangat deras, dan struktur-struktur berderak di bawah tekanan.

Sebagian besar Pulmolites berhasil berlindung di Rumah Utama atau berpegangan erat pada serat protein yang kokoh. Namun, Kiri berada di lokasi yang terlalu terbuka, di tepi luar permukiman. Gelombang kejut dari batuk Arga terlalu kuat. Sebuah fragmen kecil dari dinding pembuluh, sebuah sel yang longgar, terlepas dan menghantamnya dengan kecepatan mengerikan. Dalam sekejap, tubuh tembus pandang Kiri hancur. Ia tidak berteriak, ia tidak bergerak. Ia hanya... pecah. Material tubuhnya larut dengan cepat ke dalam plasma, hilang seolah tak pernah ada.

Keheningan melanda Lembah Vena. Para Pulmolites, yang keluar dari persembunyian mereka setelah Gempa Hebat mereda, menemukan kekosongan di tempat Kiri terakhir terlihat. Ada kebingungan di wajah-wajah kecil mereka, kemudian diikuti oleh rasa takut yang dingin. Mereka telah melihat sel mati, tetapi ini adalah yang pertama kalinya seorang dari jenis mereka sendiri lenyap, tidak lagi merespons getaran komunikasi, tidak lagi terlihat.

Kael dan Elara adalah yang pertama tiba di tempat kejadian. Kael menyentuh plasma yang masih beriak halus di sana, seolah mencari jejak. "Dia... dia tidak ada," bisiknya, suaranya dipenuhi kekaguman dan kengerian.

Elara, dengan kepekaan alaminya terhadap kehidupan, merasakan kekosongan yang dingin. "Energinya pergi. Tidak ada lagi denyut kehidupan di sini."

Peristiwa ini mengguncang fondasi masyarakat Embrio. Kematian adalah konsep asing bagi mereka. Mereka telah dilahirkan dari Batu Dunia, sebuah keajaiban yang tak henti-hentinya. Pikiran tentang akhir, tentang lenyapnya eksistensi, adalah sesuatu yang tidak mereka persiapkan. Rasa takut menyebar, dan produktivitas di Embrio terhenti. Ada yang mengurung diri di dalam rumah mereka, ada yang menatap kosong ke arus darah, seolah menunggu Kiri muncul kembali.

Malam itu, di bawah "langit" yang gelap tanpa bintang (karena Arga tidur), Kael mengumpulkan semua Pulmolites. Suasana muram menyelimuti mereka. "Kita telah kehilangan Kiri," Kael memulai, suaranya dipenuhi kesedihan. "Dia tidak kembali. Dia tidak lagi ada di Argaterra bersama kita."

Pertanyaan-pertanyaan membanjir: "Ke mana dia pergi?" "Apakah dia dihancurkan oleh 'Suara dari Langit'?" "Apakah kita semua akan lenyap seperti itu?"

Elara melangkah maju. "Kita adalah bagian dari Argaterra. Dan Argaterra sendiri... memiliki siklus. Sel-sel mati, dan yang baru tumbuh. Mungkin ini adalah bagian dari siklus kita juga." Ia mencoba memberikan penjelasan rasional, meskipun ia sendiri merasakan keraguan dan ketakutan.

Namun, Neural, sang Neuronite yang masih berada di Embrio setelah kunjungannya, maju. Matanya yang bercahaya menatap Kael dengan intensitas aneh. "Dia tidak hilang," katanya, suaranya tenang namun kuat. "Dia kembali. Dia kembali ke 'Yang Maha Ada'."

Semua mata tertuju padanya. "Kembali?" tanya Kael.

"Semua kehidupan berasal dari 'Grand Impulse'," jelas Neural. "Ketika energi padam, itu tidak lenyap. Itu menyatu kembali dengan Sumber. Kiri tidak dihancurkan; dia diserap kembali ke dalam kesadaran 'Yang Maha Ada'. Dia adalah bagian dariNya sekarang, bagian dari energi yang menggerakkan dunia ini."

Penjelasan Neural, meskipun misterius, memberikan secercah harapan. Konsep "kembali ke Sumber" ini lebih menenangkan daripada sekadar "lenyap". Ini memberikan makna pada kehilangan, sebuah tujuan pada akhir. Ini adalah benih dari pemikiran spiritual pertama di Argaterra, sebuah upaya untuk memahami kematian sebagai bukan akhir total, melainkan sebuah transformasi atau kembalinya ke asal mula.

Kael merenungkan kata-kata Neural. Dia menoleh ke Elara, yang mengangguk perlahan. Ini adalah interpretasi yang bisa diterima oleh masyarakat yang sedang berduka. Jika "Yang Maha Ada" adalah sumber kehidupan, maka "kembali" kepada-Nya adalah sesuatu yang kudus, bukan mengerikan.

Sebagai respons terhadap kematian Kiri dan pemahaman baru ini, Dewan Embrio memutuskan untuk menciptakan sebuah "Monumen Perenungan". Bukan nisan, karena tidak ada jasad yang tersisa, tetapi sebuah struktur serat protein sederhana yang dibangun di tempat Kiri terakhir terlihat. Tujuan monumen ini adalah untuk mengingatkan mereka akan keberadaan Kiri, dan sebagai tempat bagi mereka untuk merenungkan siklus kehidupan dan kematian di Argaterra. Mereka juga mulai mengadakan "Ritual Keheningan" sesekali, di mana seluruh koloni akan berhenti beraktivitas selama beberapa detak jantung, merenungkan "mereka yang telah kembali ke Sumber".

Meskipun kematian Kiri adalah pukulan telak, itu juga menjadi titik balik. Ia memaksa mereka untuk menghadapi kerapuhan eksistensi, tetapi juga mendorong mereka untuk mencari makna di luar kehidupan fisik. Ini adalah awal dari spiritualitas dan filosofi, sebuah fondasi bagi agama yang lebih kompleks yang akan lahir di kemudian hari. Argaterra tidak lagi hanya tentang bertahan hidup; ia juga tentang memahami tempat mereka dalam siklus kosmik yang lebih besar, di dalam tubuh Arga yang tak terbatas.

More Chapters