Cherreads

Chapter 5 - Suara dari Langit (Arga)

Kehidupan di koloni Pulmolites yang baru terbentuk, yang mereka namakan "Embrio" (dari kata 'embrio' sebagai awal kehidupan), mulai menemukan ritmenya. Setiap detak jantung Arga adalah unit waktu yang konstan, dan setiap siklus pernapasan menjadi penanda hari atau malam. Di antara "dinding" pembuluh darah yang luas, para Pulmolites bekerja sama. Elara, dengan kepekaan alaminya, terus menjadi penunjuk arah bagi para Pencari glukosa, sementara Kael, dengan kebijaksanaannya yang mengalir dari pengalaman singkat namun intens, menjadi poros bagi keputusan-keputusan kolektif. Mereka telah berhasil menciptakan semacam perisai primitif dari serat-serat protein yang direkatkan, sebuah "Rumah Utama" yang lebih kokoh untuk melindungi mereka dari arus darah yang tiba-tiba menguat atau penampakan Makrofag yang menakutkan.

Namun, di atas semua aktivitas fisik dan kebutuhan dasar, ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang lebih besar, lebih misterius, dan semakin tak terhindarkan. Itu adalah "Suara dari Langit".

Bagi Neuronites, yang lahir di jalur-jalur saraf dan memiliki kepekaan bawaan terhadap impuls listrik, suara itu bukanlah fenomena baru. Sejak awal keberadaan mereka, mereka telah merasakan gelombang-gelombang energi aneh yang bergemuruh melalui "kabel-kabel" keemasan di mana mereka lahir. Mereka menyebutnya "Grand Impulse", sebuah irama kacau namun penuh makna yang melesat dari satu titik ke titik lain. Neural, seorang Neuronite muda yang memiliki mata lebih besar dari yang lain, sering terlihat "mendengarkan" impuls-impuls itu, mencoba memahami pola di baliknya. Ia sering melihat bayangan-bayangan singkat—gambar-gambar aneh yang melintas di "langit" kesadarannya, kilatan warna, atau bentuk-bentuk yang tak dikenal. Ia tidak tahu apa itu, namun ia merasa itu penting.

Di Embrio, "Suara dari Langit" ini termanifestasi dalam berbagai cara. Kadang, itu adalah "Gemuruh Dalam" yang menggetarkan seluruh Argaterra—suara perut Arga yang lapar, atau cairan yang mengalir di ususnya. Gemuruh ini bisa menyebabkan bangunan-bangunan kecil mereka bergetar, bahkan kadang roboh. Para Pulmolites, yang terbiasa dengan ketenangan relatif paru-paru, merasa ketakutan. Kael dan Elara berusaha menenangkan mereka, mengorganisir kelompok untuk menahan struktur atau mencari perlindungan yang lebih aman.

Namun, yang paling membingungkan adalah "Bisikan Jiwa". Terkadang, saat Arga sedang memikirkan sesuatu dengan intens—rasa sakitnya, kenangan masa lalu, atau harapan kosong akan kesembuhan—sebuah gelombang energi yang berbeda akan menyebar. Bukan getaran fisik, melainkan gelombang informasi yang tak berwujud. Para Pulmolites, meskipun tidak sepeka Neuronites, mulai merasakan sensasi aneh. Beberapa merasakan gelombang kesedihan yang mendalam, yang membuat mereka terdiam dalam kebingungan. Yang lain merasakan ledakan amarah singkat, membuat mereka gelisah dan agresif satu sama lain tanpa sebab. Kael merasakan beban yang tak dapat dijelaskan, seolah ada rasa sakit yang besar mengambang di seluruh dunia mereka.

Pada awalnya, mereka menganggapnya sebagai anomali lingkungan, efek dari "cuaca" Argaterra yang tak terduga. Namun, Elara, dengan kepekaannya, mulai mencatat pola. "Bisikan Jiwa" seringkali mendahului "Gemuruh Dalam," atau sebaliknya. Ia juga menyadari bahwa terkadang, setelah "Bisikan Jiwa" kesedihan melanda, "mata air" glukosa akan mengering lebih cepat. Ini menciptakan kelangkaan, menyebabkan ketegangan pertama dalam masyarakat Embrio.

"Kita harus memahami suara ini," kata Kael suatu hari kepada Elara, saat "Bisikan Jiwa" keputusasaan yang kuat menyelimuti mereka, membuat suasana di Embrio muram. "Ini bukan hanya angin atau getaran. Ada sesuatu di baliknya."

Kael kemudian mengutus sekelompok Pulmolites yang lebih berani—yang mereka sebut "Pengembara Angin"—untuk menjelajahi lebih jauh jalur pembuluh darah, mencari sumber "suara" dan "getaran" ini. Salah satu dari Pengembara Angin ini adalah Lira, Pulmolite muda dengan rasa ingin tahu yang tak terbatas. Lira menempel pada sel darah merah yang besar, membiarkan dirinya terbawa arus, melewati bifurkasi pembuluh darah yang tak terhitung jumlahnya. Perjalanannya sangat berbahaya. Arus bisa berubah sewaktu-waktu, Makrofag bisa muncul tanpa peringatan, dan ia harus terus mencari "mata air" glukosa untuk energi.

Dalam perjalanannya, Lira bertemu dengan makhluk-makhluk lain. Ia melihat sekelompok Hepatari di sebuah cabang pembuluh yang lebih besar, sibuk membangun struktur padat dari sisa-sisa protein. Hepatari ini tampak lebih tangguh, kulit mereka lebih tebal, dan mereka memiliki aura pragmatis yang kuat. Lira mencoba mendekat, tetapi Hepatari itu, dengan sifat curiga mereka terhadap orang asing, menghindar. Namun, sebelum Lira pergi, ia mendengar seorang Hepatari berbisik tentang "Aliran Murni," sebuah jalur di mana glukosa mengalir paling deras.

Lira juga bertemu dengan Neuronites. Ia melihat Neural, dengan mata besarnya yang bercahaya, duduk diam di tepi sebuah jalur saraf, seolah ia bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat Lira. Ketika Lira mencoba berkomunikasi, Neural hanya menunjuk ke jalur saraf, "Bisikan Jiwa... Mereka datang dari sini. Aliran pemikiran, riak dari Yang Maha Ada." Istilah "Yang Maha Ada" adalah sebutan awal para Neuronites untuk entitas besar yang menaungi dunia mereka. Ini adalah interaksi pertama dan paling esensial antara Pulmolites dan Neuronites, sebuah jembatan yang mulai dibangun antara intuisi dan pemahaman.

Lira kembali ke Embrio, membawa cerita-cerita tentang dunia yang lebih luas dan makhluk-makhluk lain. Dia juga membawa informasi vital: bahwa "Bisikan Jiwa" tampaknya berasal dari jalur-jalur saraf, dan bahwa ada entitas yang lebih besar dari mereka yang menyebabkan fenomena ini. Kael dan Elara mendengarkan dengan seksama. Ini adalah wahyu. Dunia mereka, Argaterra, bukanlah entitas kosong yang hanya merespons hukum fisik. Ada kesadaran di baliknya.

Pemahaman ini memicu perdebatan di Embrio. Beberapa merasa takut, menganggap "Suara dari Langit" sebagai kutukan atau ancaman. Yang lain, dipimpin oleh Kael, mulai melihatnya sebagai manifestasi dari sesuatu yang ilahi, sebuah kehadiran besar yang menciptakan dan memelihara mereka. Ini adalah benih pertama dari konsep ilahi di Argaterra, pemikiran bahwa dunia mereka memiliki Pencipta. Pertanyaan tentang "Siapa kita?" kini bercampur dengan "Siapa Dia?"

Dengan pengetahuan baru ini, kehidupan di Embrio tidak lagi sama. Mereka tidak hanya bertahan hidup dan membangun; mereka mulai mencari makna. "Suara dari Langit" telah membuka pintu ke dimensi yang lebih tinggi, memaksa mikro-humanoid untuk mempertanyakan eksistensi mereka dan tempat mereka dalam kosmos yang jauh lebih besar dari yang bisa mereka bayangkan.

More Chapters