Cherreads

Chapter 4 - Mikrohumanoid Membangun

Kael merasakan ada yang berubah. Bukan hanya sekadar insting bertahan hidup yang memaksanya bergerak, tetapi juga dorongan untuk menyatukan. Kelompok Pulmolites yang tadinya tersebar, kini cenderung berkumpul di area yang relatif stabil di pembuluh darah dekat paru-paru. Mereka mulai secara naluriah memilih lokasi, sebuah "lembah" kecil yang terbentuk di antara dua lipatan jaringan kapiler. Tempat itu menawarkan perlindungan dari arus deras yang sesekali menerjang dan memiliki akses mudah ke "mata air" glukosa yang menempel di dinding. Ini adalah permulaan dari sebuah pemukiman, cikal bakal kota pertama Argaterra.

Meskipun ukurannya sangat kecil, hanya seberapa sel darah, para Pulmolites telah menemukan cara untuk berinteraksi dengan lingkungan mereka. Mereka mulai memanfaatkan serat-serat protein yang melayang—bagi mereka, ini adalah "batang pohon" atau "balok bangunan"—untuk membangun struktur primitif. Menggunakan cairan plasma yang mereka ubah menjadi zat perekat lengket melalui proses internal yang baru mereka pahami, mereka menempelkan serat-serat itu ke dinding pembuluh. Inilah teknik konstruksi pertama mereka, sebuah perpaduan naluri dan percobaan acak.

Mereka membangun "rumah" pertama mereka, gubuk-gubuk kecil berongga yang menempel di dinding. Tidak lebih dari sekumpulan serat yang direkatkan membentuk cangkang pelindung. Meskipun sederhana, gubuk-gubuk ini menawarkan keamanan dari arus dan tempat persembunyian yang lebih efektif dari Makrofag yang lewat. Mereka bekerja bersama, setiap individu menyeret serat, membantu merekatkan, atau mengawasi "pemangsa putih" dari kejauhan. Kerja sama ini bukan perintah, melainkan kesadaran kolektif bahwa bersatu adalah cara terbaik untuk bertahan.

Di antara mereka, ada seorang Pulmolite yang lebih tua, meski usianya baru diukur dalam ratusan detak jantung Arga, namanya Elara. Elara memiliki kemampuan aneh untuk merasakan perubahan kecil dalam konsentrasi glukosa dan oksigen. Dia menjadi semacam "pencari sumber daya," menunjuk ke arah mana glukosa baru akan muncul, atau di mana udara segar mengalir lebih deras. Pengetahuannya yang unik menjadi sangat berharga. Kelompok akan mengikutinya, dan kemudian berkerumun di sekitar sumber daya yang dia tunjukkan, belajar bagaimana memanen glukosa dengan lebih efisien, mengisap energi langsung dari gumpalannya.

Seiring waktu, jumlah Pulmolites terus bertambah berkat pancaran energi dari Batu Dunia. Populasi mereka berkembang dari puluhan menjadi ratusan. Dengan peningkatan jumlah, kebutuhan akan organisasi menjadi lebih jelas. Kael, dengan visi dan karismanya yang tak terucap, secara alami muncul sebagai pemimpin. Ia tidak memerintah, melainkan membimbing. Ketika bahaya Makrofag mengancam, Kael adalah yang pertama mengorganisir upaya persembunyian massal. Ketika sumber daya menipis, dia memimpin kelompok penjelajah mencari "mata air" baru.

Komunikasi mereka berevolusi dari suara dan isyarat sederhana menjadi kombinasi getaran halus dalam plasma yang bisa mereka rasakan, semacam bahasa telepati jarak pendek yang diperkuat oleh kepekaan kulit mereka. Mereka menyebut dunia mereka Argaterra, sebuah nama yang terucap dari getaran kolektif yang mereka rasakan dari denyutan "dinding" dan "langit"—seolah dunia itu sendiri memiliki nama yang diucapkan dalam bisikan.

Perpecahan tugas juga mulai terbentuk. Ada "Pembangun" yang fokus pada struktur, "Pencari" yang menjelajahi sumber daya, dan "Pengawas" yang berjaga dari Makrofag. Meskipun belum ada hierarki formal, setiap peran sangat dihargai dan esensial untuk kelangsungan hidup komunitas. Mereka berbagi glukosa yang mereka kumpulkan, meletakkan dasar untuk ekonomi komunal pertama di Argaterra.

Namun, dunia di luar pemukiman kecil mereka masih menjadi misteri yang mendalam. Arus darah adalah lautan luas, dan di luarnya, mereka bisa merasakan struktur yang lebih padat dan lebih gelap—"daratan" yang belum terpetakan. Penemuan penting lain terjadi ketika beberapa Pulmolites yang lebih berani menempel pada sel darah merah yang lebih besar, membiarkan diri mereka terbawa arus. Mereka menyaksikan pemandangan yang menakjubkan: lorong-lorong bercabang, medan yang berubah warna, dan kadang-kadang, makhluk-makhluk lain yang sama kecilnya namun sangat berbeda dari mereka—sekilas Hepatari yang padat atau Neuronites yang bercahaya. Ini adalah bukti pertama bahwa mereka tidak sendirian di dalam kosmos ini.

Dalam kurun waktu beberapa siklus pencernaan Arga (yang bisa diibaratkan seperti minggu bagi mereka), pemukiman Pulmolites telah berubah dari kumpulan gubuk acak menjadi sebuah koloni kecil yang teratur. Mereka telah belajar untuk hidup, membangun, dan bekerja sama. Namun, di tengah semua pencapaian ini, selalu ada pertanyaan yang tak terjawab: Siapakah mereka? Dari mana mereka berasal? Dan mengapa mereka ada di dunia ini, yang begitu luas dan misterius? Pertanyaan-pertanyaan ini akan membentuk benih dari filsafat dan rasa ingin tahu yang lebih dalam, menunggu saatnya untuk dieksplorasi.

More Chapters