Pertemuan pertama dengan Kardionit adalah sebuah realitas pahit bagi tim ekspedisi Republik Argaterra. Arogansi Tor, pemimpin mereka, bagaikan dinding tebal yang tak bisa ditembus oleh niat baik. Bagi Lira dan Pulmolites lainnya, yang telah membangun peradaban dari ketiadaan di Lembah Vena, sikap merendahkan ini terasa menyakitkan sekaligus menantang.
Setelah pertukaran kata yang singkat dan dingin, Tor memerintahkan beberapa Kardionit lainnya untuk "mengawal" kapal Pulmolites ke area yang lebih stabil di salah satu cabang jantung. Meskipun pengawalan ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar mereka tidak menimbulkan masalah, bagi Lira, rasanya seperti mereka diawasi ketat.
Area tempat mereka diizinkan berlabuh adalah sebuah rongga kecil di dinding ventrikel, terlindung dari arus deras namun cukup dekat untuk merasakan denyutan jantung Arga yang konstan. Bagi Pulmolites, ini adalah tempat yang asing. Dindingnya jauh lebih tebal dan lebih berotot, dan seluruh lingkungan berdenyut dengan kekuatan yang luar biasa. Pati Energi murni melimpah ruah, mengalir dalam sungai-sungai kecil di celah-celah otot jantung.
"Mereka menguasai sumber daya utama," bisik Titus kepada Lira, matanya mengamati bagaimana Kardionit dengan mudah menempel pada dinding berdenyut, seolah itu adalah bagian dari diri mereka. Tubuh Kardionit jauh lebih kekar dan padat dibandingkan Pulmolites yang transparan dan rentan. Kulit mereka seperti lapisan otot yang keras, dan cengkeraman mereka begitu kuat sehingga mereka bisa menahan tekanan denyutan jantung tanpa bergeser sedikit pun.
Lira mencoba beberapa kali untuk berdiplomasi lebih jauh dengan Tor. Ia mencoba menjelaskan konsep Republik Argaterra—gagasan tentang persatuan ras-ras mikro-humanoid demi kebaikan bersama. Ia berbicara tentang Arga Sang Pencipta yang sakit, dan bagaimana kerja sama dapat membantu mereka semua bertahan hidup.
Namun, Tor hanya mendengarkan dengan tatapan datar. "Kami, Kardionit, tidak mengenal kelemahan," jawabnya suatu kali, suaranya seperti guntur yang teredam. "Kami adalah yang terkuat, yang paling tangguh. Denyut ini adalah milik kami, dan kami tidak membutuhkan yang rapuh untuk membantu menjaganya. Konsep 'Republik' kalian... itu untuk mereka yang takut sendirian."
Kardionit sangat bangga dengan ketahanan dan kekuatan mereka. Mereka menganggap diri mereka sebagai elit di Argaterra, "penjaga denyut kehidupan" yang tak tergantikan. Mereka percaya bahwa kekuatan terletak pada kemandirian mutlak, bukan pada saling ketergantungan. Mereka melihat Pulmolites—makhluk dari paru-paru yang rentan dan bergantung pada aliran udara—sebagai ras yang lemah, tidak pantas disamakan dengan kebesaran mereka.
Neural, sang Neuronite, yang kepekaannya terhadap "Grand Impulse" Arga memungkinkan dia untuk merasakan lebih dari sekadar kata-kata, mengamati perilaku Kardionit dengan cermat. "Mereka memiliki pemahaman yang unik tentang denyut Arga," bisik Neural kepada Lira. "Bagi mereka, denyut ini adalah segalanya. Itu adalah kekuatan mereka, dan juga batas pemahaman mereka." Neural merasakan semacam "kebutaan" pada Kardionit terhadap dimensi Argaterra yang tidak berdenyut, seperti jaringan saraf atau sistem pencernaan.
Meski demikian, misi ekspedisi tidak bisa berakhir tanpa hasil. Lira, dengan kecerdikannya, mencoba mencari celah. Ia menawarkan sampel Pati Energi yang telah dimurnikan oleh Ilmu Kimia Mikro Pulmolites, yang jauh lebih terkonsentrasi daripada Pati Energi yang langsung mereka dapatkan dari jantung. Ia juga menawarkan pengetahuan tentang jalur yang lebih aman di vena dan kapiler, yang bisa Kardionit gunakan jika mereka ingin menjelajah di luar jantung.
Tor, meskipun arogansinya tak tergoyahkan, menunjukkan sedikit minat pada Pati Energi yang dimurnikan itu. "Ini... lebih kuat," gumamnya, matanya sedikit menyipit. Namun, ia tetap menolak tawaran kerja sama penuh. "Kami akan menerima hadiah ini sebagai tanda 'penghormatan' kalian," katanya, "tetapi jangan salah sangka. Kalian masih harus membuktikan diri."
Situasi ini membuat Lira dan timnya frustrasi. Mereka telah menghadapi Makrofag dan lingkungan yang keras, tetapi menghadapi arogansi ras lain yang tidak menghargai nilai persatuan terasa lebih sulit. Namun, mereka juga mendapatkan informasi berharga. Mereka melihat bagaimana Kardionit berinteraksi dengan Pati Energi yang melimpah, dan bagaimana mereka menjaga wilayah mereka dengan cengkeraman besi.
Lira menyadari bahwa diplomasi dengan Kardionit tidak akan mudah. Ini bukan hanya masalah kelangkaan sumber daya, tetapi juga perbedaan filosofi dan pandangan dunia yang fundamental. Mereka tidak bisa memaksa Kardionit untuk bergabung, tetapi mereka bisa mencari cara untuk menunjukkan kekuatan Republik, bukan dalam pertempuran, melainkan dalam kecerdasan, adaptasi, dan kesatuan.
Dengan sampel Pati Energi yang dimurnikan di tangan Tor, dan janji samar untuk mempertimbangkan "penghormatan" di masa depan, tim Lira akhirnya diizinkan untuk kembali ke Embrio. Mereka membawa pulang bukan hanya peta jalur arteri, tetapi juga pengalaman diplomatik yang berharga. Republik Argaterra telah bertemu dengan musuh baru yang tak terduga—bukan monster, melainkan peradaban lain yang kuat dan arogan, yang tidak melihat nilai dalam kesatuan. Tantangan sesungguhnya bagi Republik bukanlah mengalahkan musuh, melainkan meyakinkan mereka tentang kekuatan persatuan. Kael dan Dewan Agung kini memiliki pekerjaan rumah yang jauh lebih besar: bagaimana membuktikan nilai sebuah Republik di hadapan kesombongan hati Arga.