Momen-momen terakhir bersama Appendicitos yang sekarat di usus buntu telah mengukir bekas luka yang dalam di hati tim ekspedisi Republik Argaterra. Penemuan reruntuhan peradaban yang punah, dan perjumpaan dengan sisa terakhirnya, menjadi pengingat pahit tentang kerapuhan eksistensi mereka di dalam Arga Sang Pencipta. Namun, itu juga merupakan sebuah hadiah yang tak ternilai: pengetahuan tentang kesalahan masa lalu dan ancaman yang mungkin terulang kembali.
Setelah Appendicitos terakhir mengembuskan getaran terakhirnya, yang samar-samar berisi gambaran kengerian kepunahan mereka, Lira dan timnya menghabiskan sisa waktu di usus buntu untuk mencatat dan mengumpulkan setiap informasi yang mereka bisa. Mereka merekam kondisi lingkungan, menganalisis sisa-sisa Pati Energi yang nyaris tidak ada, dan mengambil sampel Mikroflora Asing yang dominan dan tampaknya meracuni area tersebut. Mereka juga membuat sketsa dan mencatat setiap detail arsitektur Appendicitos, dari cara mereka membangun tempat tinggal hingga alat-alat yang mereka tinggalkan.
Neural, meskipun tidak ikut secara fisik, telah terhubung dengan Lira dan timnya melalui saluran khusus, merasakan getaran-getaran memori yang dibagikan oleh Appendicitos yang sekarat. Ia merasakan keindahan peradaban mereka yang dulunya makmur, ketakutan saat Pati Energi mulai mengering, keputusasaan saat "Racun Hijau" merayap, dan akhirnya, keheningan saat kehidupan mereka padam.
Sekembalinya tim ke Lembah Vena, mereka disambut dengan keheningan yang khidmat. Tidak ada perayaan kemenangan kali ini, hanya kekaguman yang penuh kesedihan atas penemuan mereka. Laporan Lira kepada Dewan Agung sangatlah menyentuh. Ia menjelaskan reruntuhan, lingkungan yang mematikan, dan perjumpaan dengan Appendicitos terakhir.
"Mereka adalah penjaga memori," kata Lira, suaranya tercekat. "Mereka telah mati, tetapi pelajaran dari kepunahan mereka harus hidup dalam diri kita."
Elara, sang ilmuwan, dengan cepat mengambil alih. Ia dan timnya segera mulai menganalisis sampel-sampel dari usus buntu. Penemuan mereka sangat mengkhawatirkan:
* "Racun Hijau": Ternyata adalah koloni Mikroflora Asing (bakteri) yang tumbuh di luar kendali karena ketiadaan aliran Pati Energi yang memadai dan ketiadaan keberadaan ras lain yang bisa menyeimbangkan populasi mereka. Bakteri ini mengeluarkan limbah metabolisme yang sangat korosif bagi struktur mikro-humanoid dan Pati Energi itu sendiri.
* Kelangkaan Pati Energi Permanen: Dinding usus buntu menunjukkan kerusakan parah yang tidak bisa diperbaiki, mengindikasikan bahwa Arga Sang Pencipta sendiri telah "mengisolasi" area tersebut dari suplai Pati Energi utama, mungkin sebagai respons terhadap infeksi kronis atau kegagalan seluler di area itu. Ini berarti Appendicitos punah bukan hanya karena ancaman eksternal, tetapi karena sumber daya vital mereka terputus secara permanen oleh Arga sendiri.
"Pelajaran dari Appendicitos sangat jelas," kata Elara dengan nada serius. "Pertama, kita harus selalu menjaga keseimbangan mikroflora di sekitar kita. Kedua, kita harus selalu memastikan akses yang stabil ke Pati Energi, dan yang ketiga, kita harus memiliki kemampuan adaptasi yang ekstrem jika lingkungan kita tiba-tiba berubah secara drastis."
Neural menambahkan dari perspektif spiritual. "Grand Impulse yang dirasakan Appendicitos saat kematian mereka adalah ketiadaan, sebuah kehampaan. Ini menunjukkan bahwa hidup kita terhubung erat dengan aliran Arga. Ketika aliran itu mati, begitu pula kita. Kita harus menjadi penjaga aliran itu."
Penemuan di usus buntu ini menjadi tamparan keras bagi kedua faksi, baik Konservatif maupun Progresif.
* Bagi Konservatif, ini adalah konfirmasi atas ketakutan mereka tentang kerapuhan hidup dan pentingnya menjaga keselamatan. Namun, itu juga menunjukkan bahwa hanya bertahan di satu tempat tidak cukup jika Arga memutuskan untuk mengisolasi area tersebut.
* Bagi Progresif, ini adalah bukti kuat mengapa eksplorasi dan pemahaman seluruh Argaterra sangat penting. Mereka harus memahami setiap ancaman, bahkan yang paling terpencil, dan mencari solusi inovatif.
Kael menyatukan semua informasi ini. "Appendicitos adalah cermin masa depan kita jika kita gagal," katanya di Dewan Agung. "Mereka adalah bukti bahwa keberadaan kita di dalam Arga Sang Pencipta adalah anugerah, tetapi juga tanggung jawab yang besar. Kita tidak boleh hanya hidup, kita harus menjaga kehidupan itu sendiri."
Sebagai respons terhadap pelajaran pahit ini, Dewan Agung Republik Argaterra memutuskan untuk memprioritaskan:
* Penelitian Mikroflora: Elara akan memulai program penelitian intensif tentang Mikroflora Asing, mencari cara untuk mengidentifikasi yang berbahaya dan mengembangkan metode untuk menyeimbangkan populasi mereka.
* Manajemen Pati Energi: Strategi distribusi Pati Energi akan ditinjau ulang untuk memastikan tidak ada komunitas yang terputus total dari suplai.
* Pengembangan Adaptasi Ekstrem: Joric akan bekerja sama dengan Elara untuk mengembangkan bahan dan teknik pembangunan yang lebih adaptif, mampu bertahan di lingkungan yang tidak stabil.
* Memori Kolektif: Yang terpenting, Republik harus mengabadikan kisah Appendicitos dan semua pengalaman mereka. Mereka tidak boleh melupakan pelajaran ini.
Penemuan jejak peradaban yang punah telah memberikan perspektif baru bagi Republik Argaterra. Mereka bukan lagi hanya berjuang untuk kelangsungan hidup mereka sendiri, tetapi juga menjadi penjaga memori dari mereka yang telah jatuh. Ini adalah beban dan inspirasi, mendorong mereka untuk membangun peradaban yang lebih tangguh, lebih bijaksana, dan lebih sadar akan takdir kolektif mereka di dalam tubuh Arga.