Sementara itu, jalanan menyembunyikan bisik di antara aspal yang retak, mengendapkan sisa tapak yang ditinggal terbirit-birit.
Mengasuh bayangan yang tersesat di tikungan sunyi dengan lampu yang menyisakan tiangnya tadi.
Ia menampung percakapan rahasia yang tercecer dari telapak kaki, menggulungnya bersama kerikil, dan menahannya dalam kantung luka yang tak pernah dijahit.
Percakapan dari liur yang merasa tak berdosa, menyebarkan fitnah serta omong kosong berbalik fakta.
Percakapan terselubung, disertai intonasi pelan bak melakukan transaksi narkoba.
Pembicaraan di belakang telinga yang tentu saja menyimpan picik dari sebuah kata yang diciptakan.
Tanpa pernah berpikir, dalam harapan sebuah rumah yang telah lama dihiraukan.
Yang telah lama menjadi bulan-bulanan bagi cacian dinding yang mencekam.
Bangunannya tetap berharap agar ia tetap kokoh dan mempertahankan materialnya.
Namun Sang pengumpat tetap berjalan dengan bunyi yang menggelegar di atas lantai bersama telapak kaki jang berjamur.