Ada sebuah pabrik yang memproduksi minyak ular,
Dengan lidah perak yang meneteskan madu.
Ternyata, kau pemilknya.
Kau tampil bijaksana dengan kuasa, namun genggaman tanganmu adalah pedang bermata dua.
Menggores lebih dalam dari dongeng sebelum tidur.
Kau janjikan sebuah rembulan,
Tapi kau biarkan seseorang meraba ilusi,
Kuharap badai akan melenyapkan kepala tak berwajah itu,
Maka enyahlah kau bagai asap dan bayang semu!
Aku belajar menggigit peluru, membaca celah dari lidahmu yang bercabang.
Pabrik yang kau bangun akan segera runtuh oleh lidah yang meneteskan madu.
Dan aku tidak sekali-kali mengulurkan tangan.
Karena ekstrasi madu itu sebenar-benarnya adalah bisa ular yang mematikan.
Kesejahteraan apa yang kau iming-imingi pada orang lain?
Hingga mereka lupa isi kepalanya berada di mana.
Padahal kau sendiri tidak mengetahui betul otakmu kau letakkan di mana.
Dengan mengamati strategi perangmu, sesungguhnya kau tak lebih dari serigala berbulu domba. Pengkhianat yang bersolek bagai malaikat di hari libur.