Cherreads

Chapter 61 - Bab 61: Detik yang Dicuri

Udara pagi Auralis membawa aroma yang berbeda.

Di ruang utama istana, Kaen duduk di bawah pohon waktu, tubuhnya diam, tapi pikirannya gelisah. Jam di tangannya berdetak tak beraturan.

Rania menyeduh teh di dekatnya, mencoba menjaga ketenangan. Tapi ia tahu… suaminya belum benar-benar pulih.

“Kaen,” panggilnya lembut. “Kamu merasa… berbeda?”

Kaen mengangguk pelan.

> “Ada detik-detik yang aku ingat, tapi tidak tahu milik siapa.

Aku mendengar suara anak… tapi bukan Savana. Aku melihat diriku di tempat yang tidak pernah aku kunjungi. Dan yang lebih aneh… aku bisa memprediksi detik berikutnya—bahkan sebelum jam berdetak.”

Rania menatapnya cemas. “Kamu yakin itu ingatanmu?”

Kaen menggeleng. “Justru itu. Aku takut itu… ingatan orang lain.”

---

Di ruang observasi, Reina meneliti serpihan jam yang dibawa Savana dari Dimensi 0.

“Ada retakan halus,” gumam Reina. “Seperti serpihan jiwa lain ikut menempel saat Kaen keluar dari sana.”

Ia memanggil Savana.

“Kamu bilang kamu memeluk Ayahmu tepat sebelum keluar?”

Savana mengangguk.

“Dan tidak ada jiwa lain yang terlihat?”

“Tidak. Hanya Ayah… dan angin yang mendesak dari retakan.”

Reina menatap kristal jam.

“Retakan itu… bukan hanya retakan ke Dimensi 0. Tapi juga ke Lorong Siluman Detik.

Sebuah celah terlarang yang bisa menyedot waktu siapa saja… lalu menempelkannya ke orang lain.”

---

Kaen terdiam mendengar penjelasan itu.

“Jadi… sebagian dari diriku… bisa jadi bukan diriku?”

Reina mengangguk pelan. “Mungkin ada waktu orang lain yang tertempel di dalammu. Dan kalau waktu itu berasal dari seseorang yang… punya niat buruk, maka kamu bisa mulai berubah. Perlahan. Tanpa sadar.”

Rania mencengkeram tangan Kaen.

“Aku tidak peduli berapa persen kamu masih kamu. Yang penting… kamu masih mencintaiku. Masih ingat Savana.”

Kaen menatap mereka. Tersenyum. “Itu… yang tidak akan pernah bisa dicuri.”

---

Namun malam harinya…

Kaen bermimpi.

Dalam mimpi itu, ia berdiri di ruang gelap.

Jam-jam terbalik menggantung di langit.

Dan dari balik kabut, muncul seseorang berwajah sama persis dengannya.

Hanya saja, mata orang itu berwarna perak. Dingin.

“Aku adalah versi dirimu… yang ditolak waktu.

Yang lahir saat kamu memilih cinta, dan bukan ambisi.

Dan sekarang… aku akan hidup. Di dalam tubuhmu.”

Kaen terbangun. Nafasnya memburu.

Dan saat ia bercermin…

> Untuk sesaat… matanya berwarna perak.

Lalu kembali hitam.

---

Pagi berikutnya, Rania menemukan Kaen berdiri diam di taman, memandangi bunga waktu yang mulai layu.

“Aku tidak ingin menyakitimu,” kata Kaen tiba-tiba.

Rania mendekat. “Kaen?”

“Aku mulai… mendengar suara dalam pikiranku. Dan dia memintaku untuk mengambil alih waktu Auralis. Dia bilang… waktuku bukan milikku saja, tapi milik dimensi terbuang.”

Rania mengepal. “Kita akan hadapi ini bersama.”

Tapi sebelum Kaen menjawab, Savana berlari tergesa ke arah mereka.

“Ibu, Ayah—kita punya masalah. Di menara jam utama… ada gema waktu yang aktif sendiri. Jam berdetak tanpa penggerak. Dan suara dari dalamnya…”

Rania bertanya pelan, “Apa yang kamu dengar, Nak?”

Savana menelan ludah.

> “Suara itu berkata:

‘Waktu Kaen bukan milik Auralis. Dan Auralis akan membayarnya.’”

---

Reina memanggil dewan waktu. Di ruang rahasia observatorium, mereka menggelar peta dimensi retak.

“Selama ini kita mengira hanya ada satu Kaen—yang hilang dan kembali. Tapi kemungkinan besar, dua versi Kaen keluar dari Dimensi 0. Satu… hidup di tubuh aslinya. Satu lagi… hidup di waktu.”

Rania memeluk Savana erat.

“Kalau itu benar… maka kita harus temukan Kaen palsu sebelum dia cukup kuat untuk mencuri waktu Auralis sepenuhnya.”

Kaen menatap jamnya.

“Aku akan mencarinya. Karena kalau aku tidak menghadapinya… mungkin aku sendiri yang akan berubah menjadi dia.”

More Chapters