Cherreads

Chapter 52 - Bab 52: Lahirnya Anak Waktu

Ketika Rania membuka matanya, ia tidak lagi berada di Auralis.

Langit di atasnya mengalir seperti sungai terbalik. Matahari muncul dari barat dan tenggelam di timur dalam waktu yang singkat. Tanah tempatnya berdiri seperti cermin retak, merefleksikan dirinya dalam berbagai versi: tua, muda, luka, bahagia.

> Ia telah tiba di Dimensi Keenam.

Dunia yang tidak mengenali masa kini.

Dunia yang dibangun dari masa depan dan kenangan yang dibuang.

---

Langkah pertamanya terasa berat.

Setiap langkah, Rania melihat kilasan dari dirinya di masa depan—berambut putih, memeluk makam, lalu tersenyum pada seorang gadis kecil bermata perak.

“Savana…” bisiknya lirih.

Ia berjalan melewati pepohonan transparan, hingga tiba di sebuah danau yang permukaannya mengambang ke atas, bukan ke bawah. Di tepi danau itulah… ia melihatnya.

> Seorang gadis. Rambut panjang gelombang perak.

Duduk sendiri di atas batu, menyenandungkan lagu yang Rania ajarkan dulu… saat Savana masih bayi.

“Savana?” panggil Rania dengan suara tercekat.

Gadis itu menoleh.

Mata perak itu… mengenal Rania.

Tapi ia mengernyit. “Ibu?”

> Bukan suara anak tiga tahun.

Tapi suara seorang gadis… berumur dua belas.

Rania terperanjat. “Savana… kenapa… kamu tumbuh?”

Gadis itu bangkit perlahan, gaunnya memantulkan warna-warna waktu.

“Waktu di sini terbalik, Ibu. Aku sudah hidup selama sembilan tahun sejak pertama masuk ke dalam mimpi.”

> “Aku menunggumu…”

“Tapi waktu di sini berjalan mundur, jadi aku melihat kepergianmu… sebelum kedatanganmu.”

---

Rania memeluk Savana erat, menahan air mata.

Tubuh itu… hangat. Riil. Bukan ilusi.

Tapi ada sesuatu yang lain…

> Jam di tangan Savana kini bersinar terang. Dan di sekitarnya… muncul bayangan-bayangan makhluk bermata banyak yang tampak mengawasi mereka dari kejauhan.

“Ibu harus pergi dari sini,” bisik Savana cepat. “Tempat ini tidak suka dengan yang datang dari dimensi waktu biasa.”

“Tidak! Ibu ke sini untuk menjemputmu pulang!”

Savana menunduk. “Aku ingin pulang… tapi aku tidak bisa. Aku… bagian dari dunia ini sekarang.”

Rania menggenggam bahunya. “Apa maksudmu?”

Savana mengangkat tangan, dan dari telapak tangannya muncul pusaran kecil berkilau.

> “Aku bukan hanya anakmu, Bu… aku adalah pecahan waktu yang pernah hilang saat Ibu mengorbankan kenangan itu.”

“Auralis memberiku tubuh. Tapi Dimensi Keenam memberiku bentuk.”

---

Di balik bayangan, sosok tinggi berjubah abu-abu muncul.

“Anak Waktu tak bisa kembali sebelum tugasnya selesai.”

Rania berdiri, bersiaga. “Siapa kau?”

Pria itu membuka tudung kepalanya. Wajahnya… bukan manusia, tapi seperti permukaan jam rusak yang bergerak sendiri.

“Aku adalah Saka, Penjaga Retakan Keenam. Aku yang menjaga keseimbangan antara yang dikenang dan yang ditinggalkan.”

Ia menatap Savana.

“Gadis ini membuka pintu. Maka dia harus menutupnya. Jika tidak… semua dimensi akan mengalir ke belakang. Dan dunia akan lupa bagaimana caranya mencintai.”

Rania menatap anaknya, bingung.

> “Savana… apa maksudnya semua ini?”

Savana menatap ibunya penuh luka.

“Aku adalah jembatan. Jika aku pergi tanpa menutup celah, dunia akan terus melahirkan luka dari kenangan yang tak selesai.”

> “Ibu pernah menyelamatkan Auralis dengan melupakan sesuatu.”

“Sekarang… Ibu harus membantu anak Ibu mengingat semuanya.”

---

Saka menyerahkan sesuatu pada Rania.

Sebuah kotak kaca, berisi potongan kenangan yang terdistorsi: suara tangis, tawa kecil, wajah Kaen saat pertama melihat Savana.

“Ini… kenangan yang tidak sempat terjadi. Yang harus disatukan oleh Anak Waktu.”

> “Dan satu-satunya cara menyatukannya… adalah dengan memperlihatkan rasa sakit kepada dunia.

Menghadapi semua kenangan yang ditolak.”

Rania memeluk Savana, menggenggam tangannya kuat.

“Kalau kamu harus melewati semua itu… kita akan hadapi bersama.”

Savana mengangguk pelan, matanya berkaca-kaca.

“Ibu… kalau aku berubah nanti… kalau aku lupa siapa Ibu…”

Rania mencium keningnya lembut. “Ibu akan selalu tahu siapa kamu. Karena kamu adalah waktu yang kupeluk… bahkan sebelum kamu lahir.”

> “Dan waktu tak pernah bisa benar-benar hilang…”

---

Langit Dimensi Keenam mulai retak.

Saka menunjuk ke arah langit: “Pintu sedang terbuka. Tapi tak lama lagi akan tertutup selama tujuh musim.”

Rania mengangguk.

Ia menggenggam tangan Savana.

> “Ayo kita pulang… sebelum dunia lupa caranya mengingat kita.”

More Chapters