Api di langit malam Jakarta.
Kantor Direktur Utama XQO Holdings masih terlihat menyala malam ini.
Pemandangan Jakarta berkilau di bawah, namun suasana di ruangan tegang hanya di terangi lampu meja.
Sang Direktur Utama menandatangani sebuah dokumen hukum yang menjadikan Lyna Taksaka, anak angkatnya, sebagai pewaris tunggal semua aset yang ia miliki, termasuk saham mayoritas di XQO Holdings.
"Tuan Nasution, bagaimana kabar anda hari ini?" Tanyanya dengan nada ringan.
Lieberth Nasution, seorang pengacara terkenal dari tanah Sumatera, "saya sehat, Tuan Taksaka. Bagaimana dengan anda sendiri?" Tanya balik Lieberth pada Direktur Utama XQO Holdings.
"Saya baik-baik saja, seperti biasa, Tuan Nasution," jawabnya setengah bercanda, "bagaimana dengan proses hukum yang minta?"
Lieberth menghela nafas, "semua terkendali, Tuan Taksaka. Setelah tanda tangan dari anda, semua aset anda akan berbalik nama pada nona Lyna Taksaka," katanya dengan nada tenang.
"Baguslah kalau begitu, besok pagi akan aku kirim dokumennya padamu, Tuan Nasution," kata direktur utama yang telah selesai menandatangani, "selamat malam, dan maaf menganggu waktu anda."
Lieberth Nasution mengetuk pelan mejanya, "baik, Tuan Taksaka. Selamat malam."
Telepon pun di tutup, Direktur Utama kini memikirkan apa yang akan terjadi pada putri angkatnya ke depan.
Ia tahu bahwa ini akan membuat Lyna dalam bahaya, apalagi dengan intrik 'sembilan naga.'
Pria itu masih mengingat tentang bagaimana saat pertama kali bertemu Lyna, dan kedua orang tuanya.
"Rey, Grace, maafkan aku," katanya dengan penuh penyesalan.
Sementara itu di lorong menuju kantor Taksaka, malam semakin larut.
Suasana mulai kantor sepi, hanya suara langkah anggun dari Tysa yang bergema.
Dia melangkah masuk ke dalam ruangan Taksaka dengan laporan terbaru tentang Malaka, tapi matanya menangkap dokumen pewarisan di meja.
"Laporan yang anda inginkan, Tuan Direktur," kata Tysa namun dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari dokumen itu.
Direktur Utama itu mengangguk setuju, "taruh saja di meja, Nona Tysa," katanya dengan nada berbeda.
Wanita itu kemudian meletakkan laporan itu di atas meja.
Pria itu kemudian meminta pada Seketarisnya, "Nona Tysa, lakukan penyelidikan kebocoran informasi yang dilaporkan Raka," katanya.
"Baik, Tuan Direktur," jawabnya dengan mantap, tapi Tysa tampak gelisah, seolah menyembunyikan sesuatu.
Pria itu mencurigai Tysa setelah melihat reaksinya terhadap perintah barusan, tapi dia tidak berkonfrontasi langsung.
"Apakah ada informasi lain tentang broker itu, Nona Tysa?" Tanya pria itu yang melepas semua praduganya.
Tysa menyebutkan "ada rumor bahwa Malaka bekerja untuk naga lain, Tuan Direktur. Namun itu hanyalah rumor yang belum terbukti kebenarannya."
Pernyataan Tya barusan membuat Dirrktur Utama semakin waspada, apakah rumor itu benar? Atau hanya sebuah rumor belaka.
Pada saat yang sama, di sebuah gedung yang terbengkalai di pinggiran kota Jakarta, diterangi lampu redup.
Sebuah suara motor berderit di kejauhan.
Malaka saat ini bertemu dengan anak buahnya, Immanuel, dan seorang pria misterius dengan jaket hitam kusut.
Mereka sedang membahas rencana untuk "menghentikan" XQO Holdings sebelum akuisisi Anihc selesai.
"Bos, apa yang kita lakukan kali ini," tanya Immanuel pada bosnya–Malaka.
Malaka berkata, "kita akan melakukan seperti yang biasa kita lakukan, Nak," kata Malaka dengan suara mantap.
Dia juga mengungkapkan sebuah rahasia besar, bahwa Anihc menyimpan teknologi rahasia yang bisa mengembalikan kekuatan sembilan naga.
"Apakah itu benar, Bos?" Tanya kembali Immanuel pada Malaka.
Malaka mengangguk ringan, "aku memiliki bukti untuk semua perkataanku ini, Nak," katanya sambil tersenyum rapi seperti kejadian besar yang ia dalangi.
"Apa ini tidak berisiko, Malaka?" Pria misterius memperingatkan Malaka bahwa rencananya berisiko.
"Kau tenang saja, kita bisa membuat semuanya terlihat rapi dan semua bukti tidak bisa mengendus kita," tapi Malaka bersikeras bahwa ini akan dianggap sebagai "kecelakaan" dan akan mengalihkan perhatian semuanya dari akuisisi.
"Baiklah, aku akan ikut rencanamu, Malaka," kata pria dengan jaket hitam kusut.
Sementara Immanuel mengangguk setuju pada rencana bosnya.
Sementara itu bersamaan dengan dimulainya rencana Malaka, sebuah pesawat jenis sembilan puluh enam terlihat akan terbang dari bandara Halim Perdana Kusuma.
Lantai tertinggi gedung XQO Holdings, di tengah malam yang sunyi, hanya menyisakan satu orang saja.
Langit Jakarta tiba-tiba diterangi sebuah kilatan aneh.
Direktur Utama XQO Holdings sedang menelpon Raka—Kepala Pejabat Informasi dari XQO Holdings, "Bagaimana strategi untuk mengalahkan Malaka, Tuan Raka," ia tengah membahas strategi melawan Malaka.
"Begini saja, Tuan Direktur. Bagaimana kalau kita..." kata-kata Raka yang penuh rencana tiba-tiba terputus oleh sebuah suara gemuruh dari segala arah mendekat.
Jendela kaca gedung bergetar hebat, terjadi dentuman pertama keras mengguncang gedung, saat sebuah pesawat dengan jenis sembilan puluh enam menabrak lantai bawah gedung XQO Holdings.
Api dan asap mulai menyebar cepat menciptakan sebuah kekacauan membahana.
Pria itu mencoba berlari ke arah lift, dalam pikirannya yang sudah tidak tenang, ia berharap sebuah keajaiban terjadi, tapi ledakan kedua membuatnya terperangkap.
Dalam kekacauan dengan api mulai melahap sekelilingnya, asap yang menutup pandangan mata, Direktur Utama XQO Holdings masih sempat memikirkan putri angkatnya—Lyna Taksaka.
"kau akan sendirian setelah aku tiada, Putriku, Lyna."
Ia menyesali bahwa dia tidak bisa melindungi putri angkatnya lebih lama.
"maafkan aku, Rey, Grace. Aku berakhir menyusul kalian berdua, dan gagal mewujudkan impian kita bertiga."
Di atasnya sebuah retakan mulai terdengar, dengan runtuhan gedung menelannya, tanpa perkataan sedikitpun, hanya sebuah suara kehancuran.
Di luar reruntuhan gedung XQO Holdings, tengah malam ini membawa sebuah duka.
Sirene ambulans dan polisi memenuhi udara, kobaran api menerangi langit kota Jakarta.
Tysa, yang kebetulan berada di luar gedung saat kejadian, menatap puing-puing dengan ekspresi campur aduk, ia sedikit tersenyum seolah puas dengan kemalangan yang baru saja terjadi.
Raka yang selamat karena berada di lantai bawah dan berhasil melarikan diri sebelum ledakan pertama terjadi.
Dia kini berusaha mencari direkturnya di antara reruntuhan, namun hanya menemukan dokumen pewarisan yang setengah terbakar dan sebuah buku The Judgement Of Paris.
Ia segera mengamankan keduanya, sebelum orang lain menemukan dan menyalahgunakannya.
Di arah kejauhan, Malaka menyaksikan dari mobilnya, ia tersenyum licik, "pergilah ke neraka, Direktur Utama XQO Holdings," katanya dan akhirnya ia tertawa keras.
Berita kematian Direktur Utama XQO Holdings menyebar melalui semua media sosial, massa, bahkan radio, membuat saham XQO anjlok dalam hitungan menit di pasar global.
Lyna sedang berada di apartemen, ia menangis tak terbendung setelah mendengar kabar dari pengasuhnya.
"Ayah angkat..." teriak Lyna dengan air mata yang tidak bisa berhenti, "kenapa hal sepert ini terjadi padamu..."
Kisah ditutup dengan Seketaris Tysa menerima sebuah pesan baru, Naga ke tujuh telah menang.
To be continue.